Kamis, 22 Maret 2012

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI TURKI


SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI TURKI
A. Pendahuluan
Mempelajari adalah suatu hal yang sangat menarik. Bukan hanya kita dapat mengetahui kejadian masa lampau akan tetapi jauh lebih daro itu. Seorang manusia pasti memiliki sejarah masin-masing, membuktikan betapa pentingnya sejarah itu tidak hanya untuk untuk dimengerti akan tetapi juga harus dipahami sebagai suatu hal yang memilkim manfaat yang sangat besar.
Dunia ini telah banyak mencetak sejarah yang sangat merugikan untuk terlewatkan untuk kita pahami. Jika mau ditelusuri waktu yang tersedia saya piker tidak cukup utuk mengetahuinya semua. Perlunya suatu klafikasi-klafikasi sejarah baik waktu maupun tempatnya yang dalam metode sejarah dikenal dengan batasan spasial dan batasan temporal adalah suatu hal yang memudahkan kita mengetahui satu-persatu dari peristiwa-peristiwa yang ada dimuka bumi. Untuk sejarah Indonesia saja hanya beberapa saja yang mengetahui secara detail,bayangkan saja jika sejarah secara mendunia.
Selanjutnya satu wilayah yang sangat menarik untuk dilihat sejarahnya ialah wilayah Timur Tengah. Timur Tengah pun sangat luas kajiannya, olehya itu pemakalah dalam kajian ini hanya membatasi pada satu focus kajian saja yakni Turki. Seperti kita ketahui bersama bahwa Turki adalah suatu wilayah yang pernah merajai dunia dimasa kejayaannya. Sejarah harus mencatat Turki sebagai suatu elemen penting dalam perjalanan hidup terutama untuk Islam. Megapa tidak Islam mengalami perkembangan yang sangat pesat dan luar biasa di masa kejayaan Ottoman Turki. Olehnya itu dalam makalah ini akan dikupas sedikit mengenai sejarah bangsa yang sangat bersejarah ini.








I. ASAL USUL BANGSA TURKI

A. WILAYAH TURKI SEBELUM ISLAM

Bangsa Turki berasal dari sebuah rumpun bangsa yang dikenal dengan Ural Altaic, bagian barat dari padang rumput Mongolia. Para ahli banyak yang berbeda pendapat apakah nenek moyang bangsa ini berasal dari suku Hiung-nu, bangsa mongol ataukah campuran bangsa Mongol dan Hiung-nu. Beberapa ahli menggolongkan bangsa ini ke dalam rumpun bangsa berkulit kuning yang kemungkinan besar mempunyai hubungan erat dengan bangsa asli yang mendiami benua Amerika yang berkulit merah (Indian). Parah ahli yang lain menyebutkan bahwa bangsa Turki berkiprah dan mengukir sejarah tidak dengan sebutan bangsa Turki tetapi bangsa Hun, pendapat ini di dasarkan pada sumber-sumber sejarah yang berasal dari Cina.
Rumpun bangsa Altaic yang diduga sebagai asal mula bangsa Turki ini masih memiliki pola hidup yang berpindah-pindah. Sementara budaya mereka masih primitif. Sistem kekuasaan yang mereka lakukan didasarkan pada aturan adat. Dalam mengetur tata cara kehidupan dan melaksanakan sangsi sossial bagi yang melanggar hukum mereka selalu merujuk pada ketentuan-ketentuan baku yang berlaku pada suku tersebut.penopang kehidupan mereka adalah pengembalaan ternak serta melakukan penjarahan terhadap suku-suku yang lemah. Bagi anak laki-laki, sejak masa kanak-kanak mereka telah dibiasaan untuk melakukan permainan yang bisa membentuk watak pemberani dan tubuh kuat. Untuk mengadakan pertandingan dengan suku yang lebih lemah, mereka mengorganisasi diri di bawah pimpinan seseorang yang disebut Khan.
Dari segi keyakinan, bangsa Altaic mengenut kepercayaan Syaman.dalam keyakinan ini, para penganutnya menyembah unsur-unsur alam dengan perantarah totem dan roh. Menurut kepercayaan mereka, dengan upacara penyembahan ini orang akan mampu memiliki kekuatan yang dahsyat yang bisa digunakan untuk maksud baik maupun maksud jahat. Kekuatan ini akan sempurna bila praktek ritualnya mendapat bimbingan langsung dari orang yang dianggap sesepuh penganut keyakinan ini.
Dalam catatan sejarah yang bersumber dari Cina bangsa Turki yang disebut juga dengan bangsa Hun, telah mampu membangun sebuah kerajaan besar yang bernama Atilla pada abad ke-5 M yang terletak di tengah daratan Eropa. Keberhasilan bangsa Hun ini diraih setelah mereka berpindah dari daerah asalnya di pegunungan Altaic semenjak abad ke-3 SM.
Penyebaran bangsa Turki dengan berbagai elemennya berdampak pada hilangnya identitas budaya wilayah yang mereka kuasai. Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh kuat dari berbagai budaya besar seperti Cina, Persia dan Bizantium.akibatnya wilayah-wilayah yang berdekatan dengan budaya besar itu terpengaruh olehnya.
Kondisi geografis yang didiami bangsa Turki saat itu secara umum menuntut pola hidup berpindah-pindah. Situasi yang semacam ini memunculkan bentuk kehidupan masyarakat yang bersuku-suku. Bermata pencaharian dari mengembala ternak serta suka melakukan ekspansi ke wilayah lain demi mempertahankan hidup. Di daerah Oase bangsa turki mamulai kehidupan yang bersifat semi menetap. Sebagian pendapat menyatakan bahwapada mulanya orang-orang Turki hidup di sebelah timur orang-orang Mongol. Konon kata “Turki” berarti “kekuatan, kekuasaan.” Disebutkan pula bahwa pertama-tama ia merupakan nama sebuah suku atau lebih yang merupakan keluarga yang berkuasa.

B. PENGEMBARAAN BANGSA TURKI

Pergeseran politik dan perubahan iklim di daerah Altaic yang terjadi pada abad ke-3 SM mengakibatkan gelombang perpindahan penduduk secara besar-besaran, hingga membawa malapetaka besar bagi suku-suku yang sudah berkehidupan menetap dan berdiam di daerah perbatasan dengan padang rumput Altaic. Mereka yang pindah menuju arah selatan dan barat untuk mencapai wilayah-wilayah Eropa Timur, Timur Tengah, dan Asia Tengah, menamakan kelompoknya dengan “Oghuz”, sementara suku-suku yang terserang menamakan kelompok penjarah ini dengan sebutan “Turkoman” atau Turki. Karena tujuan utama penjarahan ini adalah mencari daerah pengembalaan bagi ternak mereka, maka jika daerah tersebut dianggap tidak cocok dengan keperluan mereka akan segera ditinggalkan untuk menuju daerah lain. Namun daerah yang tetap diduduki karena dianggap cocok untuk padang gembala, maka sistem pertanian yang sudah berabad-abad dibangun oleh penduduk setempat diubah menjadi padang gembala, sementara penduduk asli diusir.
Wilayah Timur Tengah merupakan daerah yang terakhir yang dicapai oleh bangsa Turki dalam gelombang perpindahannya. Terlambatnya daerah ini dari jarahan bangsa Turki karena adanya benteng pertahanan alami, yaitu rangkaian pegunungan Hindukusy, pegunungan Elkoz dan Caucasus yang membentang dari arah barat ke timur dan menghadang perjalanan bangsa Turki ke arah barat daya. Benteng alam ini akhirnya tidak berhasil menahan arus perpindahan bangsa Turki karena mereka mampu membuat jalan tembus yang menghubungkan wilayah sungai Jaxartes, yang merupakan bagian utara benteng, dan wilayah Oxus atau Transoksania yang terletak di bagian selatan benteng. Menyadari hal ini maka kerajaan-kerajaan yang berkuasa di Timur Tengah mendirikan pula pertahanan di Transoksania untuk mempertahankan eksistensi mereka dari ancaman bangsa Turki.
Hingga abad ke-11 M, sebahagian besar dari kerajaan-kerajaan yang berkuasa di Timur Tengah masih mampu bertahan dari rongrongn bangsa Turki. Hal ini membuat bangsa Turki mengalihkan daerah jarahannya ke wilayah-wilayah yang lebih lemah seperti Rusia dan Eropa Timur yang terletak di bagian baratlaut dari kehidupan asli bangsa Turki. Kelompok bangsa Turki yang menetap di daerah perbatasan dengan Timur Tengah tersebut akhirnya berasimilasi dengan budaya setempat. Dalam proses asimilasinya, kelompok ini mulai menyukai budaya maju yang baru mereka kenal sehingga mereka berupaya menahan masuknya kawan sesame bangsa Turki yang masih belum berbudaya dan suka merusak. Akhirnya pada tahun 552 M, membentuk kerajaan yang struktur organisasinya tak lebih dari sebuah konfederasi dari suku-suku nomad yang sudah berbudaya dengan nama Gokturk. Kerajaan ini mempunyai wilayah yang membentang dari Laut Hitam ke perbatasan Mongolia baian utara, dan dari wilayah perbatasan Cina hingga daerah lautan Pasifik.
Kerajaan ini tidak mempunyai pusat pemerintahan yang tetap atau hukum yang baku. Para penguasanya tidak memiliki tempat tinggal yang menetap, kecuali pada musim panas dan dingin. Pada musim kedua itu mereka mendirikan tenda, sambil mencari daerah untuk gembala ternak. Sementara dari segi keyakinan mereka masih tetap menganut kepercayaan Syaman, dari segi persenjataaan mereka mengalami sedikit kemajuan, yakni pemberian lapis ujung senjata mereka dengan bahan metal.
Sumber sejarah dari Cina dan Byzantium menyebutkan bahwa sejak abad ke-6 M telah ada bangsa yang secara spesifik mempunyai nama Turki yang mampu mendirikan kerajaan besar yang membentuk wilayah segi tiga mulai dari Mongolia ke perbatasan Cina bagian utara dan Laut Hitamdalam bahasa Cina disebut Tu- kue. Kerajaan ini dipimpin oleh dua orang bersaudara Tu-men dan Istami.
Tu-men yang dalam bahasa Cina disebut dengan Bu-min, menguasai bagian Barat dari wilayah Turki dan telah mampu mewujudkan bentuk kerajaan yang bersifat semi menetap. Penguasa tersebut meninggal pada tahun 552 M, sementara saudaranya Istami, dalam bahasa Cina disebut She-tie-mi, menguasai bagian Utara dan meninggal tahun 576 M. pada abad ke-7 M, kedua kerajaan itu takluk kepada Dinasti tang dari Cina. Kerajaan turki bagian Utara telah menyerah pada tahun 630 M, sementara bagian Barat menyerah pada tahun 659 M.

C. ISLAMISASI BANGSA TURKI

Sejak akhir abad ke-7 M, bangsa Turki yang mendiami wilayah Asia Tengah mulai mengenal agama baru, Islam. Media yang memperkenalkan mereka dengan islam adalah adanya hubungan dagang. Bangsa Arab yang piawai dalam perdagangan sejak sebelum islam telah berperan besar dalam perdagangan di wilayah jalur Sutera. Pedagang-pedagang Arab memasuki wilayah Turki dengan menembus rute-rute perjalanan baru yang bisa memberi manfaat bagi pengembangan islam dan perdagangan.
Sekalipun pada abad-abad pertama hijrah penaklukan telah dilakukan ke dalam wilayah Turki, disamping usaha-usaha mempertahankan diri dari jarahan orang-orang Turki, keberhasilan pasukan muslim memiliki sedikit pengaruh terhadap islamisasi penduduk Turki. Pada tahun 291 (904) gelombang terakhir masuknya orang-orangkafir turki ke perbatasan wilayah islam, yakni kerajaan Samaniyyah, dipukul mundur. Orang-orang muslim memasuki Bukhara dengan kemenangan untuk pertama kali. Bahkan yang lebih penting lagi adalah penaklukan Asia Kecil oleh Saljuk pada abad ke-5 (ke-11) oleh penguasa-penguasa muslim Kasyghar. Kemudian orang-orang Turkiyang tinggal jauh di barat masuk Islam. Menurut Ibn al-Atsir, sekelompok orang-orang Turki yang tinggal dekat Balasaghun pada musim dingin dan di sekitar wilayah Bulghars, memeluk islam pada bulan Shafar 35 (1043). Sekalipun mereka menempati daerah yang luas, jumlah mereka lebih sedikit dibandingkan dengan orang-orang Turki di Asia Tengah yang masuk Islam pada tahun 960.

II. TURKI SALJUK

Diantara dinasti bangsa Turki sebelum periode mongol yang terkenal adalah Turki Saljuq. Mereka berasal dari suku yang teriasa hidup bebas, dan berawal dari daerah Asia tengah mereka mengiringi binatang ternaknya menyebarangi wilayah Persia menuju Anatolia dan Iraq again Utara serta Syiria, dan mengusir kekuatan Bizantium keluar wilayah Asia Kecil.kedatangan bangsa Saljuk ke wilayah tersebut membawa perubahan jangka panjang di bidang kependudukan wilayah tersebut. Mereka mengenalkan lembaga Sultan, sebuah lembaga politik secular, sedangkan lembaga khalifah dianggap sebagai lembaga agama dan politik yang secara teoritis tidak oleh pecah.
Bangsa Turki saljuk berasal dari suku Ghuzz.dinasti Turki Saljuk dinisbatkan kepada nenek moyangnya yang bernama Saljuk ibn Dukak (Tukak). Ia adalah salah seorang anggota suku Ghuzzyang berada di kinik, dan akhirnya menjadi kepala suku yang dihormati dan dipatuhi perintahnya. Bangsa Turki Saljuk adalah pemeluk islam sunni yang militan, Masyarakatnya memeluk islam diperkirakan jauh sebeluk mereka memasuki daerah jand, tetapi kemungkinan besar mereka memeluk islam setelah terjadi interaksi sosial dengan masyarakat islam di jand itu sendiri.
Perkembagan dinasti Saljuk dibantu oleh situasi politik di wilayah Transoksania. Pada saat itu terjadi persaingan politik antara dinasti Samaniyyah dengan dinasti Khaniyyah. Dalam persaingan ini dinasti Saljuk cenderung untuk membantu dinasti Samaniyyah, tampaknya untuk memperoleh kekuatan. Kecenderungan ini mengakibatkan paham islam yang mereka pilih adalah islam sunni. Keberpihakan Saljuk kepada dinasti Saamaniyyah memungkinkan ia bersama pengikutnya memperoleh wilayah di mulut sungai Jaihun untuk pemukuman mereka dan menjadikan kota Jand sebagaii pusat kegiatan sosial politik mereka. Setelah kematian Saljuk ibn Dukak, kepemimpinan keluara saljuk berada di tangan israil ibn Saljuq yang juga dikenal dengan Arslan. Pada masanya dinasti saljuq sudah semakin besar dan melebarkan wilayahnya hingga daerah Nur Bukhara dan sekitar Samarkand. Perlu diketahui Israel telah melakukan koalisi politik dengan jendral Samaniyyah untuk menusir panaruh Khaniyyah, Kadir Khan, untuk mengetahui kekuatan massa Saljuq. Mahmud Ghaznawi mengambil keputusan untuk membiarkan merekayang tinggal diMulut Sungai Jihun untuk menyebrangi sungai tersebut dan bergabung dengan saudarany di Khurusan.
Suku Ghuzz yang berada di Iraq ini akhirnya dikenal dengan Ghuzz Iraqi. Mereka adalah keturunan Israel dan berbeda dengan suku Ghuzz di Transoksaniayan merupakan anak cucu Tughril Beg Dadu dan Yinal. Dua nama yang pertama adalah anak Mikail ibn Saljuq, sedangkan yang terakhir adalah keturunan Inal atau Yinal, paman Tughril Beg. Dalam sejarahnya, Dinasti Turki Saljuq dibagi menjadi empat babak diantaranya yaitu:
A. Saljuk Raya (1038-1157)
Setelah dipilih sebagai pemimpin imperium Saljuq, Tughril merencanakn dua hl yaitu ia melakukan knslidasi kekuatan militer yang dianggap menentang kekuatan Saljuq dan ia memperlus wilayah kekusaan. Untuk yang pertm ia memimpin pasukan untuk memerngi pasukn yang dipimpin leh jendral Ma’ud yang merencankn pemblasan atas kekalaannya di Nisafur terdaulu. Rencana tersebut bertujuan untuk mempersatukan kekuatan Saljuq, karena pasukan Saljuk dibawah kmando Tughril berada di Thus yan letaknya berjauhan dengan pasukan pimpinan saudaranya Chagri yang berada di Nisafur. Akan tetapi Tughril segera melakukan konslidasi dengan saudaranya itu dan terjadilah pertempuran sengit antara kekuatan Saljuq dengan kekuatan Ghaznawi di Dandaqan pada bulan ramadhan 431/1039. Pertempuran itu dimenankan oleh kekuatan Saljuq dan jendran Mas’ud sendii terbunuh dalam peperangan tersebut. Sebab sejarah Turki Salju Raya dapat disebut jua dengan sejarah Turki Saljuq di Iran.
Untuk memperoleh leitimasi keagamaan bai imperium Saljuq, Tughrildengan suka rela mengirim surat kepada khalifah Abbasiyyah, al-Qa’im bi Amr Allah. Dalam suat tersebut ia menyampaikan bahwa berdiinya imperium Saljuq adalah untuk menjunjung tinggi yarit allah, oleh karena itu ia berharap bahwa khlifah sebagai penguass kegmn tertinggi bgi ummat islam saat itu untuk memberikan legitimasi keagamaan bagi kesultanan Saljuq. Dengan legitimasi keagamn dan lemahnya kekuatan politik khalifah berharap bahwa kekuasaan politiknya akan melampaui kekuasaan politik khlifah. Permintan tersebut akhirnya dikabulkan oleh khalifah dan kesultanan Saljuq mendapat pengakuan politik keagamaan dari khalifah Abbasiyyah pada tahun 432/1040. Ia memperoleh gelar Rukn al-Daulah Yamin Amir al-Mu’minin.
Sejarah dinasti Saljuk pada masa Tughril beg sebahagian besar diwrnai dengan beberpa penaklukan wilayah di sekitarnya. Pada tahun 433/1041, yurusdiksi dinasti Ziyariyyah ditaklukkan. Anusirwan, penguasa Ziyariyyah di wilayah Jurjan dan Thabaristan, dipaksa untuk memberikan upeti tahunan kepada dinasti Saljuq. Pada tahun berikutnya, 434/1042 dinasti Khawarizm ditaklukkan dan kota Rayy dijadikan ibu kota dinasti Saljuk. Dari kota tersebut ia meluaskan wilayahnya dengan menaklukkan daerah Qazwin, Abhar dan Zunjan. Dengan demikian maka wilayahnya meliputi hampir seluruh wilayah Iran sekarang. Pada tahun 442/1050 kota Isfahan dikepung dan jatuh ke tangannya pada tahun 443/1051. Pada saat pengepungan itu ia menaklukkan wilayah Persia dan menghapuskan Yurisdiksi dinasti Dailama atas negeri itu. Tgil menaklukkan wilayah Azarbaijan pada tahun 446/1054, dan tahun berikutnya ia menaklukkan Hamadan sebagai jalan menuju Irak untuk menanamkan kekuasaannya di kota Baghdad. Akhinya kekuatan Saljuq dapat berkuasa di pusat khalifah islam, Baghdad, pada tahun 447/1055 dengan menggantingkan pengaruh Dinasti Buwaihiyyah yang telah lemah dan akhirnya runtuh pada tahun yang sama.
Munculnya kekuatan Salju dalam konteks sejarah madhhah islam dapat diartikan sbagai menguatnya otoritas politik khalifah sunni, Dimana khalifah sebagai penguasa tertinggi oleh karena itu pada tanggal 15 Dhu al-Hijj ah 451/1059 khalifah di kembalikan ke ibu kota setelah terusir dari Baghdad ke kota Rayy pusat kekuatn Salju. Tughril Beg wafat pada tanggal 8 Ramadhan 455/1062 di usianya yang ke 70 tahun dan digantikan oleh Abu Nashr Manshur ibn Muhammad al-Kunduri yan terkenal dengan wazir al-kunduri, sepeninggalannya terjadi perebutan kekuasaan antara Alp Arselan dengan Sulaiman ibn Chaghri Beg, dan pada akhirnya Muhammad al- Kunduri memberikan kekuasaannya kepada Alp Arselan.
Setelah menjadi sultan Saljuq (1063-1672), Alp Arselan mencoba melakukan konsolidasi dan ekspansi wilayah kekuasaan politik Saljuq. Ia menjadikan kota Rayy sebagai ibukota kesultanan Saljuq. Pada tahun 457/1064 ia melakukan ekspedisi militer ke wilayah Transoksania untuk mengkonsolidasi wilayah tersebut dan berusaha memisahkan diri di bawah pimpinan Musa Beghu, pamannya sendiri. Kerajaan yang berusaha ditaklikkan dinasti Saljuq adalah imperium Romawi, karena wilayah bagian barat dan barat laut khurasan, Transoksania dan Heart telah ditaklukkan. Alp Arselan melakukan ekspedisi penaklukkan wilayah Isfahan, dan Kirman.
Pada bulan agustus 1071 di Manzikert konfrontasi terjadi antara tentara Bizantium yang dipimpin oleh kaisar Romanus Diogenus dengan tentara Turki yang dipimpin Alp Arselan. Dengan melakukan strategi memecah belah kekuatan Bizantium, Alp Arselan berhasil menurunkan moral tentara Romawi. Dengan menjalin hubungan dengan Bizantium, bangsa Turki akan lebih mudah mengembangkan kekuatan politiknya dan meraih program besarnya untuk menyatukan dunia islam kedalam khalifah islam sunni. Pada akhir masa pemerintahan Alp Arselan hubungan kesultan Saljuq dengan kesultanan Khaniyyah mulai memburuk sebagai akibat kematian Tumghaj Khan pada tahun 1076. Anaknya, Syams al-Din Nashir berkeinginan menaklukkan kesultanan Saljuq dan akhirnya Alp Arselan terbunuh pada pemberontakan tersebut dan dikebumikan di Marw pada bulan Rabi’ al-Awwal tahun 1067. Ia kemudian digantikan oleh putranya malik Syah (1072-1092).
Malik Syah melakukan tiga hal dalam pemerintahanya yaitu sentralisasi kekuatan politik, menjaga wilayah yang telah dikuasai ayah dan kakenya, dan memperluas wilayah politik kesultanan Saljuq ke semua wilayah islam. Untuk penaklukkan atas wilaya Asia Kecil, ia menganggap bahwa Asia Kecil memiliki arti strategis baginya untuk menyatukan dunia islam ke dalam satu kepemimpinan politik dan mudah baginya untukmenaklukkan wilayah Syam dan Mesir. Penaklukkan Malik Syah berlanjut ke wilayah Transoksania, Bukhara dan Samarkand. Dengan demikian wilayah kekuasaannya berdekatan dengan Negeri Cina dan India.
Kerja sama antara Nidham al-Mulk dengan Malik syah memburuk dan akhirnya Nidham al-Mulk terbunuh pada tanggal 10 ramadhan 1092 yang disebabkan oleh beberapa hal yaitu adanya persaingan antara Nidham al-Mulk dengan Turkan Khatun, istri sultan Malik Syah serta adanya perebutan posisi putra mahkota. Tidak lama setelah kematian Nidham al-Mulk pada tanggal 15 Syawwal 485/1092 sultan Malik Syah wafat. Setelah kematian sultan dan Wazir maka terjadi perseteruan politik antara rukn al-Din Barqyaruq, putra tertua Malik Syah yang dibantu oleh kelompok Nidhamiyyah melawan saudaranya Nashir al-Din Mahmud 1 yang didukung ibunya turkan Khatun dan Taj al-Mulk al-Syirazi yang telah menjadi wazir menggantikan Nidham al-Mulk. Mahmud 1 secara resmi menjadi sultan. Tetapi, keputusan ini justru memperlebar konflik politik yang telah ada. Munculnya kesultanan di Isfahan membuat marah Turkan Khatun, maka ia mengerahkan sejumlah besar tentara untuk menaklukkan Isfahan, dan mengusir Barqyaruq dari kota tersebut, tetapi Turkan Khatun tidak berhasil dan dipaksa bertahin di Isfahan. Barqyaruq kemudian menyatakan diri sebagai sultan saljuq, ia mengangkat ‘izz al-Mulk Husain sebagai wazirnya dan pergi bersamanya ke kota Baghdad pada tanggal 17 Dzu al-Qa’dah tahun 1093 untuk memohon khalifah al-Muqtadi bi Al-lah agar mengakui dirinya sebagai sultan Saljuq.permohonan tersebut dikabulkan khalifah pada tanggal 14 muharram 1094.



B. Saljuk Iraq
Setelah wafatnya Malik Syah ibn Alp Arselan pada tahun 1117, mulailah muncul perpecahan di antara kerabat Saljuq. Mahmud adalah penguasa yang pertama kali memisahkan diri , ia melepaskan diri dari kesultanan pamannya, Sultan Sanjar, melalui pertempuran. Meskipun secara politis kesultanan Saljuq Iraq berada di bawah Sultan Sanjar, sultan Mahmud di berikan wewenang yang amat besar atas wilayah yang terbentang antara Khurasan dan Syria. Temasuk di dalamnya Hamadan, Isfahan, Kirman, Fars, Kuzistan, Iraq, Azarbaijan, Armenia, Dyarbakr, Aljazirah dan Rumelia yang saat itu berada di kekuasaan Kilij Arselan.
Sepeninggalan sultan Mahmud, gelar sultan jatuh kepada putranya Dawud (1131-1132), Tughril II (1132-1134), Mas’ud (1134-1152), Malik Syah (1152-), Muhammad II (1153-1159), Sulaiman Syah (1159-1161), Arselan Syah (1161-1175), dan Tughril III (1175-1194).
Denan kematian sultan Mahmud pada tahun 1130 di kota hamadan ,persaingan politik mmenyeruap ke permukaan. Khalifah abbasiyyah saat itu secara diplomatis menolak permintaan kedua anggota kelualga saljuq. Khalifah mengatakan bahwa sultan sanjar,punguasa saljuq raya terakhir,lebih berhak dari mereka atas gelar sultan bagi warga saljuq. Kedatangan saljuqsyah kekota Baghdad telah mengakibatkan bergesernya pendapat khalifah. Iya,khalifah dan mas’ud akhirnya mengadakan kesepakatan untuk mengakui kesultanan saljuq di Iraq sebagai wakil khalifah dan mengangkat mas’ud sebagi sultan dan saljuq-syah sebagi wali al-ahad. Akibatny, sultan sanjar mengangkat senjata untuk menyerang mas’ud dan saljuq-syah didekat kota dinawar pada tahun 1131. Pertempuran tersebut di menangkan oleh sanjar dan akhirnya dia mengangkat tughril ibn Muhammad menjadi sultan saljuq untuk wilayah Iraq. Ia akhirnya menduduki pusat pemerintahan dan melakukan maker atas tughril ibn Muhammad dan mengangkat dawud sebagai sultan saljuq. Keduanya akhirnya membentuk aliansi militer untuk menjatuhkan ibn Muhammad. Dan akhirnya aliansi militer tersebut berhasil menjatuhkan tughril dari puncak kekuasaan. Pada tahun 1132 ms’ud berkuasa atas tahta saljuq Iraq. Khalifah almustarsyid bi allah, pada suatu kesempatan mengatakan behwa sanjar lebih berhak atas gelar sultan bagi dinasti saljuq, tetapi pada kesempatan lain ia mendukung mas’ud sebagai sultan saljuq di Iraq, iamenjalin aliansi militer dengaan mas’ud dan tughril-syah, namun pada saat yang lain ia justru menyerangnya dan menjadikannya sebagai tawanan politik. Karena itu, ketika khalifah al-mustarsyid bi allah terbunuh oleh ismailiyyah dengan bantuan mas’ud. Mas’ud segera menyatakan dukungannya kepada al-rasyid bi allah untuk menjadi khalifah abbasiyyah yang baru.
Ketika kesultanan saljuq di Iraq mengalami disintegrasi politik, maka khalifah berada di belakang kekuatan penghancuran pengaruh bangsa saljuq di pusat kekuasaan. Sebagaian sejarawan mengatakan bahwa khalifa Baghdad berada di balik pembunuhan tughril III oleg khawarizm-syah ala’al-din takesy. Khalifah menjanjikan bahwa ala’ al-din akan menjadi sultan di Baghdad menggantikan tughril III bila ia dapat membunuhnya. Akhir episode bangsa saljuq sebagai kekuatan polotik di Iraq berakhir denganterbunuhnya tughril III pada tahun 1193.

C. Saljuq Syria
Penguasa Saljuq yang berada di Syam atau Syria merupakan keturunan Taj al-Daul ah Tutusy ibn Alp Arselan sejak tahun 1077, atas nama Malik-Syah. Pada akhirnya Malik Syah menyerahkan kepemimpinan politiknya. Tutusy sendiri menaklukkan damaskus pada tahun 471-1078 melalui pertempuran sengit. Setelah Malik Syah meninggal dunia tahun 485/1092, Tutusy memobilasasi tentaranya dalam jumlah besar untuk menaklukkan kota Hallb (Aleppo). Sedangkan penguasa lokal saat itu tidak memiliki kekuatan untuk menandingi kekuatan militer Saljuq, dan terpaksa mengatakan ketundukannya. Intakhiyyah, Raha, Nisibin, Mosul, Diyarbakr, Mayyafariqin dan Azarbaijan. Tutusy mengangkat dirinya sebagai penguasa atas wilayah tersebut (471-488/1078-1095) dengan memakai gelar sultan.
pada tahun 487/1093 Tutusy menganggap bahwa penaklukkan atas wilayah Iran sudah tiba saatnya. Dengan melalui Hamadan dan Asarbaijan ia menaklukkan daerah yang dilaluinya. Mendengar adanya gerakan pasukan pamannya, ia mencoba menghadangnya, tetapi tidak mampu untuk membendung gerakan tersebut. Ia sendiri lri ke Isfahan untuk memint bntun sudaranya Nashir al- Din Mahmud. Akhirnya Tutusy dibunh oleh keponakannya pada sebuah pertempurn besar di dekat Rayy pda tanggal 7 Shafar 488/1095. Ketik berada di Azarbaijan, Tutusy telah menunjuk putranya Ridwan Fakhr al-Mulk (488-507/1095-1113), untuk menjadi pengusa atas wilayah Syam, Halb, dan Iraq. Pada tanggal 28 jum’at al-Ula tahun 507/1113, Fakhr al-Mulk wafat dan tidak memiliki pengganti yang cakap setelahnya. Syams al-Mulk Abu Nashr Duqaq ibn Tutusy yang memerintah di Damaskus (488-497/1095-1104) wafat pada tanggal 18 Ramadhan tahun 497/1103. Pada tahun 507/1113 Taj al Dawlah Alp Arselan al-Akhrasy ibn Ridwan memerintah atasdaerah Aleppo (Halb). Satu tahun kemudian ia digantikan oleh sultan Syah ibn Ridwan dibawah pengawasan Badr al-Din Lu’lu. Akhirnya kerajaan Turki Salju di Syam (Syria) lenyap pada tahun 511/1117 pada masa kekuasaan para atabeg gris keturunan Tughtigin (Buriyyah) dan pra amir (Artuqiyyah).

D. Salju Kirman
Keturunan Saljuq di Kirman disebut juga Qawurtiyun. Sebutan tersebut diambil dari pendiri kerajaan Saljuq di wilayah ini yaitu Imad al-Din Kara Aselan Qawurt ibn Chaghril Beg Dawud ibn Mikail. Sedangkan kaitan dengan dinasti Saljuq dalah bahwa Qawurt adalah saudara Alp Arselan ibn Chaghril Beg.
Ketika Alp Arselan, yang saat itu menjadi penguasa dinasti Saljuq Raya yang ada di Iran, wafat pada tahun 465/1072, yang digantikan oleh putranya Malik Syah. Qawurt menganggap dirinya lebih berhak ketimbang keponakannya, Malik Syah atas tahta Saljuk raya. Setelah Malik Syah naik tahta, Qawurt mengerahkan tentara dalam jumlah besar menuju Rayy untuk melakukan maker atas kepemimpinan Malik Syah. Akan tetapi rencana tersebut tidak sempat terlaksana karena sultan malik syah terlebih dahulu dapat mencegah tentara Qirman di kota Hamadan. Maka terjadilah pertempuran antara kedua belah pihak, dan Qawurt sendiri akhirnya dibunuh oleh Malik Syah atas saran perdana mentrinya, Nidam al-Mulk.setelah wafatnya Qawurt. Dinasti saljuq di Kirman dipimpin oleh sultan Syah ibn Qawurt (467-477). Sepeninggal Sultan Syah tahta kerajaan Saljuq Kirman berada di tangan Turan Syah dengan gelar Muhy al-Din Imad al-daulah dengan melanjutkan kebijakan politik ayahnya hingga ia wafat pada tahun 489/1095. Selanjutnya, penguasa Kirman adalah iran Syah yang naik tahta dengan gelar Baha’ al-Din. Ia dicatat dalam sejarah sebagai penguasa yang fasik dan tidak memperhatikan administrasi kerajaannya. Selain itu ia cenderung berpihak kepada kelompok Syi’ah Ismailiyyah, akibatnya timbul gerakan anti penguasa yang mengakibatkan tergulingnya Iran syah terbunuh pada tahun 494/1100. Setelah saljuq Kirman berada di kekuasaan Arselan syah, yang memerintah selama 42 tahun dan meninggal pada tahun 536/1141, ia digantikan oleh putranya Muhammad yang naik tahta dengan memakai gelar Mughits al-Din. Pada masa itu ia terpksa melakukan pembersihan besar-besaran terhadap lawan plitiknya. Muhammad meninggal pada tahun 550/1155 setelah memerintah saljuq Kirman selama 14 tahun dan meninggalkan wasiat agar putranya Muhy al-Din Tughril diangkat sebagai penggantinya. Akhirnya, Tughril Syah naik tahta dan memerintah selama 12 tahun hingga wafat pada tahun 562/1166.
Setelah beberapa tahun berkuasa, akhirnya ia digulingkan oleh Malik Dinar yang naik tahta pada tahun 583/1187. Dengan berakhirnya masa keuasaan Muhammad Syah maka berakhir pula sejarah dinasti turki saljuq Kirman.

E. Saljuq Rum (1077-1302)
Emigrasi bangsa Turki ke wilayah Anatolia bukan hanya berarti mengurangi ancaman terhadap Negara, tetapi juga menambah kekuatan bangsa Turki terhadap kekuatan politik Bizantyum dan memberikan tanah tambahan kepada bangsa Turki. Akibatnya, Wilayah Anatolia menjadi daerah penetrasi bangsa Turki selama 30 tahun. Meskipun mereka berada di bawah kekuasaan Turki Saljuq, pada kenyataannya mereka lebih dikendalikan oleh para Beyy sehingga mereka tidak hanya melakukan penetrasi ke wilayah Anatolia, tetapi dari Azarbaujan mereka melanjutkan penklukkkan ke wilayah sekitarnya. Mereka pada akhirnya menaklukkan Erzurum (440/1048), Kars (446/1056), Malatya (448/1057), Sifa (451/1059), Kaesari (495/1067), Niksar, Konya, Ammurya (460/1068) dan Honas (461/1069). Sebelum kemenangan di Manzikert, Anatoliya masih tetap belum merupakan wilayah yang aman bagi bangsa Turki,sehingga mereka kembali ka Azarbaijan setelah melakukan penaklukkan. Meskipun kemenangan di Manzikert merupakan langkah pertama bagi penetrasi saljuq di Asia Kecil, proses transformasi wilayah ini menjadi benar-benar wilayah kekuasaan Turki memerlukan waktu lebih satu abad.
Bangsa Turki yang ada di Anatolia pada umumnya menganggap bahwa Negara adalah milik keluarga kerajaan. Karena pada perjalanannya, secara politis sering kali kerajaan terbagi menjadi beberapa bagian, dan kematian seorng penguasa dapat dipastikan sebagai awal sebuah perebutan kekuasaan di antara keluarga kerajaan.
Bangsa Saljuq mananamkan pengaruh politiknya di Asia Tenggara selama 200 tahun dengan 14 penguasa. Pada tahun 464/1072 Artuk Bey mengalahkan tentara militer kerajaan Bizantyum di bawah pimpinan Isaac Commenus sampai ia ditawan. Ketika terjadi pemberontakan terhadap kaisar Bizantium yang dipimpin John Ducas kondisi ngeri pada saat itu semakin kacau dan memaksa kaisar untuk mengadakan perundingan dengan meminta bantuan Artuk. Pada saat itu bangsa Turki telah menginjakkan kakinya di pinggiran wilayah Izmir. Karena kematian Alp Arselan, penguasa Turki Saljuq di Iran, ia dipanggil ke ibu kota, Rayy, untuk menambah kekuatan Malik-Syah. Qutlumisy, ayah Sulaiman, sebenarnya merupakan salah seorng kerabat istana Saljuq, tetapi kemudian memberontak terhadap Alp Arselan yang menyebabkan kematian Qutlumisy pada tahun 456/1064. Ia berhssil memasuki wilayah Anatolia, dan menaklukkan Aleppo dan Antioch. Seteh itu berhasil merebut Konya dan daerah sekitarnya dari penguasa yunani, menaklukkan Iznik (Nikaea) dan menjadikannya sebagai ibu kota pada tahun 1075.
Sulaiman melaukan konspirasi politik degan Nichephorus III Botanites untuk dapat menduduki tahta kekuasaan Romawi, imbalannya ia dapat memperluas wilayahnya dan menjadikan Uskundar sebagai pusat kegiatan ekspansinya tahun 1078. Selanjutnya dengan bantuan Nichephorus melissenus, ia menaklukkan Phyrygia dan Anatolia Barat. Ketika Sulaiman mengarahkan tentaranya kea rah timur pada tahun 1082 ia berhasil menaklukkan Adana Tarsus, Masisa dan Anazarban di tahun 1083, akhirnya ia berhasil menguasai Cilicia. Sebagai akibat kebujakan yang cenderung ekspansionis, ia akhirnya berhadapan dengan Tutusy, saudara Malik Syah dan mengakibatkan terbunuhnya pada 6 juni 1086. Setelah kematiannya terjadi kekosongan do Iznik, kekuatan politik mulai retak. Mendengar kematian Sulaiman, Malik Syah akhirnya mengutus Amir Porsuk untuk menganeksasi Saljuq Rum dan menjadikannya di bawah control politiknya. Akan tetapi kematian Malik Syah pada tahun 1092 mengakibatkan terjadinya perebutan kekuasaan di Istana Salju Raya (Iran). Kilij Arselan putra sulaiman datang ke Iznik dan mengantikan posisi ayahnya pada tahun (1092-1107). Kilij Arselan berhasil menaklukkan Malatya pada tahun 1096 dan harus kembali ke ibu kota karena adanya serangan dari tentara salib.
Gelombang pertama serbuan tentara salib terhadap tentara Salju di bawah pimpinan Peter the Hermit dan berhasil merebut wilayah Iznik pada tanggal 9 juni 1097, sedangkan keluarga dan kekayaan kerajaan diboyong ke konstantinopel. Pada tahun yang sama Kilij menyerang tentara salib di Eskisyehir tetapi penyerangan itu gagal. Bangsa turki dapat membalas kekalahan pada bulan juli 1100 Ahmad Ghazi mencegat pasukan Salib yang berangkat dari Syria dan mengalahkannya di Malatya, dan menahan Bohemond. Pada tahun yang sama ia dan Kilij hampir memusnahkan dua pasukan salib di dekat Amasya dan Ereghli. Akhirnya ia bekerja sama dengan kaisar Bizantium untuk melawan tentara salib, dan memudahkan kilij arselan menaklukkan Malatya dan Mosul pada tahun 1103 dari tangan Gemusytakin. Tetapi pertempuran hebat dengan tentara Saljuq Raya di sungai Khabur membuat Kilij terbunuh pada 9 juli 1107. Sebagaimana ayahnya, kilij Arselan I meninggalkan tahta Konya tanpa pengganti. Anak tertuanya Syahansyah, menjadi tawanan di ishafan dan tidak dapat kembbali menjadi sultan hingga tahun 1110. Kekosongan ini mengakibatkan penguasa Bizantium melakukan tekanan dengan beberapa penyerangan. Di kalangan bangsa Turki sendiri terjadi perebutan kekuasaan atas diri Syahansyah pada tahun 1116 yang dilakukan oleh kemenakannya, Mas’ud dengan bantun Amir Ghazi ibn gumusytakin, penguasa kerajaan Danisymandiyyah (1116-1155). Hingga kekuasaan politik Saljuq Rum berada di tangan penguasa Danisymandiyyah.
Kemenangan yang diraih oleh sultan mas’ud menjadi akhir masa disintegrasi politik dari wilayah kerajaan Turki Saljuq di Anatolia setelah kematiannya 1155 anaknya Kilij Arselan II menggantikannya sebagai penguasa Saljuq 1155-1192. Setelah mengalami serangkaian penaklukkan Kilij Arselan menyerahkan pemerintahan kepada anak-anaknya, kerajaan dibagi menjadi sebelas bagian dan dikuasakan kepada sebelas anaknya. Turki Saljuq di Anatolia mencapai masa kejayaannya pada pemerintahan Ala’ al-Din Kay Qubad I (1220-1237), ia memperkuat armada lautnya dengan membangun industry kapal di Kolonoros. Faktor terpenting yang menyebabkan awal runtuhnya kerajaan Turki Saljuq di Anatolia adalah wafatnya Ala’ al-Din Kay-Qubad pada tahun 1237 tanpa pengganti yang kuat hingga terjadilah krisis politik. Putranya Izz al-Din Kay-Kushraw II (1237-1245) adalah pribadi yang lemah, beberapa kemenagan memang dapat diraih namun kegagalan kesultanan Saljuq dalam memadamkan pemberontakan Baba Ishaq, mengisyaratkan rapuhnya kekuatan politik Saljuq Rum.
Kematian Kay-Kishraw meninggalkan disintegrasi politik yang semakin parah. Para paengeran yang ada pada saat itu justru menciptakan suasana politikyang mengundang intervensi politik, okupasi militer mongol menjadi semakin parah. Sepeninggalannya, Izz al-Din Kay-Kaus II (1245-1256) dan Rukn al-Din Kilij Arselan IV (1256-1266) menjalin hubungan dengan tentara Mongol, akan tetapi pada masa pemerintahan Rukn al-Din, sebenarnya Mu’in al-Din Sulaimanlah yang memegang kendali kekuasaan. Ketika Kilij Arselan dirasa tidak menguntungkan, maka dengan bantuan Mongol ia disingkirkan pada tahun 1266 dan diganti dengan putra kilij Arselan IV yang masih bayi bernama Ghiyath al-Din kay-Khusraw III (1266-1284)
Pada pemerintahan Kay Khusraw II, II-Khan Aqaba, penguasa Mongol yang ada di Persia, menaklukkan Anatolia, dan membunuh banyak penduduk, termasuk Mu’I al-Din sulaiman (1277). Dinasti saljuq Rum berakhir pada tahun 1308, sehingga administrasi pemerintahan dinasti saljuq diambil alih oleh para gubernur dan jendral Mongol dan para pegawai dan tentara Saljuq dibubarkan. Penguasa Saljuq sejak kematian Sulaiman, Ghiyath al-Din mas’ud II dan Ala’ al-Din Kay-Qubad III (1284-1302) dapat dikatakan sebagai boneka bagi kekuasaan bangsa Mongol di Anatolia.

III. ANATOLIA SEBALUM USMANIYYAH
A. Anatolia (Asia kecil) Pada Akhir Abad XIII
Sebahagian besar dari turki Anatolia adalah anggota suku Oghuz yang telah diperkenalkan selama dan setelah invasi Saljuq, ada juga kelompok-kelompok Turki Kristen, yang telah dating melalui bagian Eropa dari wilayah Bzantium. Elemen Kristen masih terdapat di daerah di bawah kekuasaan Bizantium di barat dan barat laut kerajaan Trebizond, dimana banyak penduduknya adalah suku lazes, di pegunungan Aremenia tengah dan di kerajaan ArmeniaCilicia (1080-1375). Suku-suku Turki masih mempertahankan beberapa tradisi keagamaan pra-islam dalam bentuk islam tertentu yang mereka peluk yang dikenal dengan nama Qalandariyyah dan Haidariyyah, yang tersebar dari abad ke-11 ke seluruh utara Iran dan Transoksania.
Pada jaman berdirinya kerajaan Usmani di Bithiniya, sekitar tahun 1299, berdiri juga kekuasaan Oghlu Qarasi di Mysia, Oghlu Syarukhan di Lydia, Oghul Aidin di Caria dan Oghul Teke di Lycia. Semua dinasti ini memiliki kesamaan dengan Oghlu Usman yang merupakan kerajaan maritime.
Gubernur-gubernur Mongol yang ditunjuk oleh Uljaitu (1304-1316) dan Abu sa’id (1316-1325), tinggal utamanya di Kaisariye dan menguasai dataran tengah Asia Kecil sampai ke Ankara. Gubernur yang terakhir adalah Timur Tasy yang pada tahun 1327 telah melarikan diri ke Mesir dan meninggalkan Ertena sebagai letnannya. Pada tahun 1325 Ertena berkuasa sendiri dan mendirikan dinasti Oghlu Ertena.

B. Danisymandiyyah
Pada mulanya pusat kekuasaan dinasti Turkoman ini adalah Anatolia utara sekitar Tokat, Amasya, dan Sivas, pendirinya Danisymend, dating di Anatolia sebagai seorang Ghazi. Pada awal abad ke 12, Amir Ghazi Gumusytakin ikut campur dalam perselisihan tentang suksesi di kalangan Saljuq Rum, berperang melawan orang-orang Armenia di Cicilia dan orang-orang Frank di Edessa, dan pada tahun 1127 merebut Kayseri dan Ankara hingga ia diberi gelar malik (raja). Namun ketika Malik Muhammad meninggalpada tahun 1142, timbul perselisihan di kalangan putera-putera dan saudara-saudranya Yagh-basan menyatakan dirinya sebagai Amir di Sivas, saudaranya, Ain al-Din, menggantikan di Elbistan dan Malatya, dan Dzu al-Nun menguasai Kayseri. Di Malatya terjadi perselisihan di kalangan ketiga putera Dzu al-Qarnayn dan penguasa terakhi Nashir al-Din Muhammad, memerintah sebagai raja bawahan Kilij Arselan II sampai ia mengambil alih Malatya pada tahun 1178.

C. Qaramaniyyah
Qaramaniyyah adalah dinasti Turki di Anatolia yang merupakan bagian dari Usmaniyyah, berasal dari suku Turkoman yang bernama Afsyar dan ayah Qaraman, berpusat di Ermenek di gunung Taurus bagian barat laut. Pada abad ke-14 mereka mendirikan sebuah Negara merdeka, yang menggendalikan hampir semua Anatolia tengah dan selatan. Ibu kota mereka, Laranda.
Mereka berselisih dengan Usmaniyyah yang semakin luas wilayah kekuasaanny, dan pada tahun 1390 Ala al-Din Khalil ditundukkan oleh Bayazid di Aq Chay dan wilayah Qaramaniyyah pun dicaplok. Qaramaniyyah pun berhubungan dengan kekuatan-kekuatan di laut tengahyang menentang ekspansionisme Usmaniyyah. Venice dan Paus berupaya bersekutu dengan sultan Qaraman, dan begitu pula dengan Aq Qayunlu Uzun Hasan, dan Qasim, Qaramani Terakhir mendukung jem, seorang usmani yang menuntut kedudukan tanpa alasan yang sah. Tetapi perselisihan internal mengenai suksesi memudahkan intervensi Usmaniyyah dan dinasti ini tidak lama kemudian runtuh.



IV. Kesimpulan
Bangsa Turki berasal dari sebuah rumpun bangsa yang dikenal dengan Ural Altaic, bagian barat dari padang rumput Mongolia. Para ahli banyak yang berbeda pendapat apakah nenek moyang bangsa ini berasal dari suku Hiung-nu, bangsa mongol ataukah campuran bangsa Mongol dan Hiung-nu. Beberapa ahli menggolongkan bangsa ini ke dalam rumpun bangsa berkulit kuning yang kemungkinan besar mempunyai hubungan erat dengan bangsa asli yang mendiami benua Amerika yang berkulit merah (Indian). Parah ahli yang lain menyebutkan bahwa bangsa Turki berkiprah dan mengukir sejarah tidak dengan sebutan bangsa Turki tetapi bangsa Hun, pendapat ini di dasarkan pada sumber-sumber sejarah yang berasal dari Cina.
Rumpun bangsa Altaic yang diduga sebagai asal mula bangsa Turki ini masih memiliki pola hidup yang berpindah-pindah. Sementara budaya mereka masih primitif. Sistem kekuasaan yang mereka lakukan didasarkan pada aturan adat. Dalam mengetur tata cara kehidupan dan melaksanakan sangsi sossial bagi yang melanggar hukum mereka selalu merujuk pada ketentuan-ketentuan baku yang berlaku pada suku tersebut.penopang kehidupan mereka adalah pengembalaan ternak serta melakukan penjarahan terhadap suku-suku yang lemah. Bagi anak laki-laki, sejak masa kanak-kanak mereka telah dibiasaan untuk melakukan permainan yang bisa membentuk watak pemberani dan tubuh kuat. Untuk mengadakan pertandingan dengan suku yang lebih lemah, mereka mengorganisasi diri di bawah pimpinan seseorang yang disebut Khan.
Pergeseran politik dan perubahan iklim di daerah Altaic yang terjadi pada abad ke-3 SM mengakibatkan gelombang perpindahan penduduk secara besar-besaran, hingga membawa malapetaka besar bagi suku-suku yang sudah berkehidupan menetap dan berdiam di daerah perbatasan dengan padang rumput Altaic. Mereka yang pindah menuju arah selatan dan barat untuk mencapai wilayah-wilayah Eropa Timur, Timur Tengah, dan Asia Tengah, menamakan kelompoknya dengan “Oghuz”, sementara suku-suku yang terserang menamakan kelompok penjarah ini dengan sebutan “Turkoman” atau Turki.
Selanjutnya Sejak akhir abad ke-7 M, bangsa Turki yang mendiami wilayah Asia Tengah mulai mengenal agama baru, Islam. Media yang memperkenalkan mereka dengan islam adalah adanya hubungan dagang. Bangsa Arab yang piawai dalam perdagangan sejak sebelum islam telah berperan besar dalam perdagangan di wilayah jalur Sutera. Pedagang-pedagang Arab memasuki wilayah Turki dengan menembus rute-rute perjalanan baru yang bisa memberi manfaat bagi pengembangan islam dan perdagangan.
Adapun beberapa golongan bangsa Turki saljuk diataranya; Saljuk Raya (1038-1157), Saljuk Iraq, Saljuq Syria, Salju Kirman, Saljuq Rum (1077-1302). Dan yang teakhir mengenai anatolia sebalum usmaniyyah ada tiga bagian yakni; Anatolia (Asia kecil) Pada Akhir Abad XIII, Danisymandiyyah, dan Qaramaniyyah.

Dg Masiga : Metode Wawancara


METODE WAWANCARA
1. Definisi
Wawancara ialah tanya jawab dengan sesorang informan yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapat mengenai suatu hal yang berkaitan dengan topik penelitian kita. Adapun sasaran dari wawancara itu sendiri ialah apa yang diharapkan atau yang ingin diketahui dari pihak yang diwawancarai.
2. Persiapan
 Kenali topik. Kita perlu membaca berkas masalah topik dalam artian kita perlu membaca klipping, makalah, arsip, buku, atau dokumen lainnya yang berkaitan dengan topik.
 Penetapan apa yang ingin diketahui dengan membuat kerangka atau daftar pertanyaan.
 Melengkapi persiapan wawancara seperti alat rekam, alat tulis menulis, camera, dan lainnya.
 Sebaiknya kenali latar belakang (CV) calon informan.
 Persiapan mental
3. Kerangka Wawancara.
Kerangka merupakan penjabaran topik. Topik diuraikan menjadi beberapa sudut tekanan atau angles atau sudut pandang. Setiap angels selanjutnya dikembangkan menjadi pertanyaan. Kerangka berfungsi membantu kita untuk menyusun wawancara dengan teratur dan berpikir jelas dalam penelitian.
4. Pedoman berwawancara.
 Kuasa latar belakang topik penelitian.
 Memberitahukan apa maksud dari wawancara.
 Bila membuat janji, harus tepat waktu.
 Hormati keinginan informan.
 Persiapan daftar pertanyaan penelitian
 Hindari adu pendapat, karena tujuan kita untuk berwawancara ialah untuk mencari keterangan atau sumber, bukan untuk bertukar pendapat apalagi berargumentasi.
 Bila mencatat, berilah tanda pada hal yang penting, karena itu dapat membantu dalam penulisan laporan penelitian dengan cepat.
 Mendengarkan dengan telinga yang aktif, karena bisa saja muncul pertanyaan lain.
 Pastikan kelengkapan wawancara. jangan lupa memperjelas data diri informan.