Sabtu, 26 Februari 2011

Fakta Dalam Ilmu Filsafat

Fakta dan Pernyataan
Banyak ahli condong memandang fakta sebagai dasar pengkajian sejarah yang mutlak dapat diandalkan. Kepercayaan terhadap fakta dapat dibenarkan dan mutlak untuk pengkaji sejarah sesuai dengan ahli sejarah yang berkebangsaan Amerika, C.L Becker yang mengajukan tiga pernyataan:
1. Apa yag dinamakan histories:
2. dimana terdapat fakta histories;
3. bilamana terjadi fakta histories?
Becker memandang bahwa fakta sejarah adalah sebuah lambang seperti yang diambilya contoh engenai peristiwa panglima Caesar yang mampu menyebrangi sungai rublikan yang sebenarya tidaklah mungkin. Akan tetapi dengan teori lambang yang sebenarnya untuk menjelaskan fakta sejarah sebagai suatu lambang dari segala peristiwa misalnya lambang kejayaan dan kemampuan suatu tokoh penting. Meskipun demikian teori dari Becker ini memilki kelamahan, misalnya pengabaian terhadap masa silam terhadap uraian dari masa silam itu sendiri. Dalam filsafat sejarah tidak ada kesalahan yang sering dilakukan para fillosof dari pada mengacaukan fakta dengan omongan kita mengenai fakta itu.

Berbagai Pernyataan Mengenai Masa Silam
Yang dimaksud dengan pernyataan histories ialah pernyataan mengenai fakta histories, keadaan pada masa silam. Yang disebut dengan masa silam adalah keseluruhan keadaan itu yang kadang-kadang hanya terjadi satu kali ataupun peristiwa yang unik. Peristiwa yang unik selalu dtentukan oleh tempat dan wakltunya. Pernyataan yang unik disebut pernyataan singular yang melukiskan keadaan umum.
Kenyataan bahwa para ahli sejarah jarang sekali merumuskan suatu pernyataan umum, merupakan indikasi pokok mengenai perbedaan antara pengkajian sejarah dan ilmu-ilmu pasti. Pernyataan fakta yang unik biasanya diungkapkan dalam bentuk tunggal dan untuk menguraikannya itu diungkapkan dalam bentuk jamak. Akan tetapi tidak semua fakta atau pernyataan sejarah tersebut adalah gambaran umum dari peristiwa sejarah misalnya masa revolusi, fakta ini sebenarnya hanya ingin menjelaskan bagaiman devenisi dari revolusi itu sendiri. Satu yang perlu dipahami bahwa arti sebuah dari definisi tersebut tidak pernah merupakan pernyataan mengenai pernyataan, melainkan sebuah arti sebuah kata. Untuk masalah pro maupun kontranya sebuah defenisi hanya fakta sejarahlah yang mampu menentukan.
Sekarang kita lebih baik fokus terhadap fakta-fakta sejarah yang unik dan umum serta pernyataan kita terhadap hal-hal tersbeut. Perlu dipahami bersama bahwa tidak ada garis pemisah antara keadaan yang unik maupun umum, satu contoh bagaimana suatu fakta mengenai pertempuran, didalamnya banyak hal, dan inilah yang bersifat umum, serta bagaiman fakta unik mengenai masalah filsuf budi perancis yang memerangi kaum gereja. Suatu fakta ditentukan oleh tempat dan waktunya. Pernyataan yang berkaitan dengan fakta unik disebut fakta yang singular, sedangkan fakta yang melukiskan fakta yang umum disebut fakta universal. Beberapa pernyataan yang umum terhadap terhadap keadaan yang umum. Pada abad ke-17 dan ke-18, yuda-yuda samudra antara armada-armada eropa, biasanya berlangsung dengan kacau sekali. Dalam pernyataan ini jelas bahwa bukan sutu pernyataan universal yang sesungguhnya, karena ada pembatasan mengenai waktu dan tempatnya.

Kebenaran
Syarat agar ucapan-ucapan singular itu dapat dipercaya adalah apabila pernyataan itu benar adanya. Terdapat tiga teori yang menyatakan pernyataan itu benar:
1. Teori tindak bahasa
Kesimpulan yang dapat ditarik dari teori ini adalah konsep kebenaran tidak diperlukan. Barang siapa mempergunakannya, tidak menambah sesuatupun pada apa yang dikatakannya. Sekalipun demikian para menganut teori ini bersedia menerangkan mengapa dan dalam keadaan apa ingin kita pergunakan.

2. Teori pragmatis

Menurut teori ini, sebuah ucapan benar bila ucapan itu terbukti merupakan pedoman yang dapat diandalakn bagi perbuatan kita. Teori ini paling sesuai untuk ilmu-ilmu yang hasil penelitian dapat diterapkan dalam praktek.

3. Teori korespondensi

Teori ini untuk menguji kebenaran bahwa suatu ucapan, bila terdapat keserasian (korespondensi) antara apa yang terjadi dalam ucapan itu dengan keadaan yang disebut dalam ucapan tadi di dalam kenyataan yang histories.

Kesimpulan
Sebuah fakta historis merupakan suatu lambang bagi suatu jaringan fakta-fakta yang kait mengait. Terdapat kebenaran yang terdapat dalam pernyataan historis singular. Pernyataan-pernyataan itu selalu merupakan bagian dari fakta dari suatu uraian historis. Sekalipun demikian, setiap ahli sejarah akan menyimpulkan bahwa kebenaran ucapan-ucapan singular yang diwujudkan suatu uraian historis, belum menjamin kebenaran atau uraian seluruhnya.

Pernyatan-pernyataan benar yang merupakan mata rantai dalam uraian historis dan yang menentukan dari sudut mana peneliti sejarah memandang masa silam yang berkaitan dengan masa sekarang ataupun keadaan tertentu dalam masa silam.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tak ada satu alternatif yang membuka jalan yang memuaskan, untuk mengaitkan keseluruhan pernyataan historis (uraian historis), dengan konsep kebenaran (menurut teori korespondensi). Maka dari itu, seyogyanya konsep “kebenaran” dan “ketidakbenaran” hanya dipakai untuk memberi kualifikasi kepada pernyataan singular pada masa silam. Untuk memberi kualifikasi kepada suatu uraian historis dalam keseluruhannya, lebih baik kita pergunakan konsep-konsep lain seperti “berguna”, “penuh arti”, atau “dapat diterima”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar